Jumat, 03 Februari 2012

Proposal Skripsi (metode Penelitian kependidikan)


BAB I PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah
Syukur dalam konsep mempunyai arti terima kasih, bagi konsep istilah syukur ini memiliki maksud adalah ungkpan rasa terima kasih atas nikmat (karunia) yang telah diberikan oleh Allah SWT dalam bentuk keyakinan, ucapan, dan tindakan. [1] Wujud rasa syukur hamba kepada Allah hendaknya bisa mentasyaruf (memanfaaatkan nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT sesuai dengan aturan ketentuan atau ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT dan tidak untuk memuaskan hawa nafsunya).[2] Selain mengucapkan hamdallah ketika mendapatkan sesuatu kenikmatan dari Allah SWT diwujudkan pula ibadah yang bernama ibadah shalat. Dalam shalat ada wujud komunikasi rasa terima kasih seorang hamba kepada sang Khalik, karena Allah SWT sudah mengatur alam semesta ini dan tidak akan berubah sampai hancur dan binasanya alam semesta ini, seperti sejak diciptakannya air akan mengalir dari tempat yang lebih tinggi menuju tempat yang lebih rendah dan tidak pernah sebaliknya.[3]
                Di dalam sabda Rasulullah SAW telah bersabda yakni yang artinya,
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian tahu (menyaksikkan) aku mendirikan shalat ”  (HR. Ahmad dan Bukhari)   Hadits ini merupakan shahih karena diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
          Shalat merupakan ibadah khassah atau ibadah mahdkkah (ritual) yaitu segala kegiatan yang ketentuannya telah diciptakan nash Al-Qur’an dan As Sunnah. Ibadah dalam artian khusus ini tidak menerima perubahan baik berupa penambahan ataupun pengurangan misalnya shalat. Shalat dalam jaran Islam biasanya digolongkan dalam ibadah khusus karena itu cara melaksanakannya termasuk jumlah rakaatnya tidak dibenarkan untuk ditambah atau dikurangi. Jika terdapat penambahan atau pengurangan maka hal itu bid’ah yaitu mengada-ada Ibadah shalat juga merupakan wujud juga dari seorang hamba yang merendahkan diri kepada Allah SWT dan tingkatan tunduk paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan yang paling tinggi) serta yang terakhir tentang mencakup seluruh apa yang dicintai diridhai Allah SWT baik berupa ucapan atau perbuatan yang dhahir maupun yang bathin.[4]
          Pentingnya shalat ini adalah seperti modal dalam perdagangan [5]  shalat ibarat kapital atau modal bagi setiap muslim, karena semua amal tidak akan diterima, kecuali diterimanya shalat sebagaimana sabda Rasulullah SAW.
“Dari Abu Hurairah ia berkata, bersabda Rasulullah SAW: Sesungguhnya pertama-tama perbuatan manusia (muslim) yang dihisab pada hari kiamat adalah shalat wajib. Maka apabila ia telah menyempurnakannya (maka selseaikanlah persoalannya) tetapi apabila tidak sempurna shalatnya (yang wajib) dikatakan kepada Malaikat, lihat dahulu apakah ia pernah mengerjakan shalat sunnah? Jika ia pernah mendirikan shalat sunnah, maka kekurangan dalam shalat wajib disempurnakan dengan shalat sunnahnya, kemudian amal-amal yang wajib diperlukan seperti itu”. (HR. Iman lima, Nailul Authar 1:374) Jika shalat seperti perdagangan tentunya juga dalam perdagangan, jika tidak ada modal maka tidak akan memperoleh keuntungan.
            Allah SWT tidak akan menyuruh suatu syariat kepada umat Islam  jika di dalam syariat itu tidak ada mengandung kebaikan atau tidak ada  nilai pahala, Ibadah shalat ini dalam kitab hadits Bukhari Rahimamullah, Rasulullah SAW bersabda yang artinya, Tahukah kamu sekalian seandainya di depan pintu salah seorang diantara kalian ada sebuah sungai dimana ia mandi lima kali setiap harinya, apakah masih ada kotoran yang melekat di badannya? Mereka (para sahabat) menjawab: Tidak ada kotoran yang tinggal sedikit pun. Nabi bersabda : Maka demikianlah umpama shalat lima waktu, Allah menghapuskan semua kesalahan (dosa) dengannya.” (HR. Bukhari) Dan sabdanya “Shalat lima waktu dan shalat jum’at ke jum’at merupakan kafarat (penebus) dosa yang diperbuat antara, selama tidak diperbuat dosa besar “ (HR. Muslim).  Ganjaran bagi laki-laki yang shalat berjamaah di masjid terdapat hadits Rasulullah SAW bersabda Ibnu Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Shalat berjamaah lebih utama 27 derajat dibandingkan shalat sendirian." (HR Bukhari dan Muslim).
Ibadah shalat ini sangat penting serta merupakan kewajiban dari umat Islam serta pembagian atas shalat ada dua, shalat fardhu dan sholat tathowwu'. [6] Konsep shalat fardhu adalah Yaitu sholat yang diwajibkan Alloh subhanahu wa ta'ala kepada hamba-hamba-Nya sesuai batasan-batasan yang telah dijelaskan-Nya, baik melalui perintah maupun larangan. Dalam hal ini adalah sholat 5 waktu dalam sehari semalam, seperti shalat subuh, dzuhur, ashar, magrib, dan isya.  Sedangkan shalat tathowwu’ adalah sholat sunnah yang batas dan ketentuannya tidak ditentukan oleh syara', dikerjakan dua roka'at-dua roka'at, baik dikerjakan pada siang hari atau malam hari. Seperti shalat  sunnah rowatib, Sholat Malam/ Tahajjud/ Tarawih dibulan Romadhon dan witir, Sholat Dhuha 2 rokaat sampai dengan 12 rokaat, Sholat Tahiyyatul Masjid, Sholat Istihoroh.
Kemalasan beribadah khususnya shalat lima waktu berjamaah di masjid mengindikasikan kelemahan komitmen dan kepatuhan muslim kepada Allah SWT. Bahkan sahabat Abdullah Ibnu Mas’ud Radiyallahu anhu  mengatakan bahwa di zaman para sahabat hidup bersama Rasulullah SAW jika ada muslim yang tidak shalat berjamaah di masjid di asumsikan sebagai seorang munafik yang sudah jelas kemunafikannya. Di zaman Rasulullah pula serta di zaman ini juga wajib hukumnya bagi laki-laki yang sudah dewasa atau baliq untuk menunaikan shalat berjamaah lima waktu di masjid dan Rasulullah SAW dalam sirah (sejarah)[7] memperintahkan sahabat-sahabatnya untuk membakar kaum muslimin yang tidak mau ikut shalat berjamaah di masjid. Zaman sekarang begitu penting shalat berjamaah 5 waktu di masjid, kaum bangsa Yahudi pernah mengungkapkan kepada umat Muslim bahwa jika umat mualim ingin menang dari kaum Yahudi salah satunya adalah jika umat Islam shalat shubuh berjamaah di masjid dengan makmum sebanyak shalat jum’at
Minimnya shalat berjamaah di kalangan civitas akademika kampus karena terbukti tidak ada kepeduliannya terhadap akhirat di dalam diri mereka dan masih lebih mementingkan kepentingan di dunia sebut saja sebagai sekuler. Tetapi coba lihat ketika mahasiswa sedang menyelenggarakan pentas musik maka banyak mahasiswa lebih mementingkan pentas musik di bandingkan ketika saat terdengarnya adzan di suatu masjid kampus sedikit hanya yang datang datang untuk menuanaikan shalat berjamaah. Dalam hal ini peneliti ingin mencoba lebih jauh dalam penelitian yang berjudul “Persepsi Mahasiswa Laki-laki Tentang Kesadaran Shalat Berjamaah di Masjid”.
B.  Indetifikasi Permasalahan
Dalam Indetifikasi permasalahan ini, peneliti ingin mengindetifikasikan permasalahan penelitian tentang  “Persepsi Mahasiswa Laki-laki Tentang Pembiasaan Kesadaran Shalat Berjamaah di Masjid”.
1. Apa persepsi jamaah masjid Nurul Irfan tentang kesadaran shalat berjamaah di Masjid i?
2. apa fungsi nilai shalat berjamaah bagi jamaah Masjid Nurul Irfan?
3. Bagaimana kesadaran jamaah masjid Nurul Irfan tentang shalat berjamaah di Masjid?

C. Pembatasan Masalah
Dalam pembatasan permasalahan penelitian berjudul “Persepsi Mahasiswa Laki-laki Tentang Pembiasaan Kesadaran Shalat Berjamaah di Masjid”  Dalam hal ini  peneliti ingin membataskannya penelitiannya studi deskriptif  bagi jamaah laki-laki di Masjid Nurul Irfan atau masjid Alumni di Universitas Negeri Jakarta.  
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan penelti bisa mengetahui Persepsi Mahasiswa Laki-laki Tentang Kesadaran Shalat Berjamaah di Masjid. Lalu Manfaat penelitian ini dilakukan tentunya memiliki kegunaan yang sangat berarti sekali bagi peneliti antara lain:
1.      Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pembelajaran terhadap nilai-nilai Islami membangun kembali pembiasaan shalat berjamah di masjid  bagi kalangan mahasiswa.
2.      Manfaat praktis
Untuk manfaat praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai mengetahui persepsi shalat berjamaah jamaah masjid Nurul Irfan UNJ,.
  
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.[8]  Sebuah persepsi juga bisa dikatakan sebagai pendapat dalam diri kita sendiri. Menurut terminologi persepsi adalah sebagai berikut, menurut Rakhmat Jalaludin, adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan Menurut Ruch, persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard  mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka dari berbagai definisi oleh para pakar dapat kita tarik benang merah, yakni persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera.[9] Persepsi secara mengambil pendapat dan menafsirkannya secara kesimpulan yang dibuat oleh seorang individu.  
2.2 Pengertian Shalat
            Shalat mempunyai pengertian secara bahasa salat berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti, doa. Kata Salat itu sendiri dalam bahasa Arab, berasal dari kata "tselota" dalam bahasa Aram (Suriah) yaitu induk dari bahasa di Timur Tengah. Secara bahasa Shalat artinya do`a. Secara terminologi ulama fiqh sepakat bahwa Shalat adalah bacaan-bacaan dan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam yang dengannya itu kita dianggap beribadah (kepada Allah) dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Menurut A. Hasan Bigha M. bin Qasim Asy-Syafi’i & Rasyid salat menurut bahasa do’a, ditambahkan oleh Ash-shidieqy bahwa perkataan salat dalam bahasa Arab berarti do’a memohon kebajikan dan pujian. Menurut ahli pentahqiq salat adalah berhadap hati kepada Allah, secara yang mendatangkan takut ke pada-Nya serta kesempurnaan kekuasaan-Nya.
Salat secara terminologi dimaksud sebagai berikut: shalat ialah mengabdi kepada Allah dan mengagungkan sejumlah bacaan, perbuatan-perbuatan tertentu, dimulai dengan mengucapkan takbir diakhiri dengan ucapan salam dengan aturan dan sistematika tertentu pula, diajarkan oleh agama, yang atas dasar cahaya dan petunjuk-Nya kaummuslimin telah dapat menjalankannya. Menurut istilah tasawuf ialah mengerjakan shalat dengan memenuhi segala rukun-rukunnya dan sunnah-sunnahnya, dan dibarengi dengan khusyu dan hadir hati selalu ingat kepada Allah swt. Salat yang dimaksud disini adalah salat lima waktu.
2.3  Pengertian Shalat Berjamaah
            Shalat berjamaah adalah pada aktivitas shalat yang dilakukan secara bersama-sama. Salat ini dilakukan oleh minimal dua orang dengan salah seorang menjadi imam (pemimpin) dan yang lainnya menjadi makmun. Shalat berjamaah adalah salat yang dikerjakan oleh dua atau lebih orang secara bersama-sama dengan satu orang di depan sebagai imam dan yang lainnya di belakang sebagai makmum.
Shalat berjamaah minimal atau paling sedikit dilakukan oleh dua orang, namun semakin banyak orang yang ikut solat berjama'ah tersebut jadi jauh lebih baik. Shalat berjama'ah memiliki nilai 27 derajat lebih baik daripada sholat sendiri. Oleh sebab itu kita diharapkan lebih mengutamakan shalat berjamaah daripada solat sendirian saja.
2.4 Pengertian Masjid
Dalam perkembangannya, kata-kata Masjid sudah mempunyai pengertian khusus yaitu bangunan yang dipergunakan sebagai tempat mengerjakan shalat, baik untuk shalatlima waktu maupun untuk shalat Jumata atau shalat hari raya. Adapun istilah sangat umum digunakan untuk shalay Jum’at yakni Mushalla. [10] Kata Masjid dari berasal bahasa Arab yang dipinjam dari ramaina berarti tempat atau rumah Ibadah, dari kata dasar “sajada” yang berarti berkembang pesat, kata ini lebih spesifik pada rumah muslim. [11]
2.5 Pentingnya Membangun Mahasiswa Mencintai Masjid
Dengan kebangkitan di Mesjid kampus, melihat kecenderungan-kencederungan baru dalam fungsi masjid itu sendiri terjadi pergeseran fungsi masjid dari sekadar tempat penyyelenggaraan ibadah, shalat berjamaah dan ceramah agama menjadi semacam pusat pengembangan kebudayaan dan keilmuan. Perkembangan kehidupan keagamaan di kampus merupakan gejala yang tidak terpisah dari perkembangan yang terjadi pada umumnya di kalangan masyarakat. Perkembangan kehidupan keagamaan itu sendiri merupakan implikasi dan konsekuensi dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi lebih luas dalam masyarakat Indonesia.

Totalitas mahasiswa muslim yang mencintai Masjid harus selalu senantiasa mengadakan hal pemanfaatan yang baik untuk berguna bagi membangun pemuda yang mencintai Masjid. Fungsi masjid itu sendiri pergeseran dari sekadar tempat mencintai dan menyayangi Masid. Penyelenggaraan ceramah Agama menjadi semacam pusat pengembangan kebudayaan   

BAB III METODE PENELITIAN
E.   Metode Penelitaian
Dalam penelitian yang berjudul tentang “Persepsi Mahasiswa Laki-laki Tentang Kesadaran Shalat Berjamaah di Masjid”. Peneliti menggunakan metode penelitian Kualitatif.

1.      Sumber Data
Sumber data primer yang dilakukan peneliti dalam mencari jawaban penelitian adalah menanyakan kepada Jamaah Masjid Nurul Irfan yakni mahasiswa laki-laki kebetulan shalat berjamaah disana.
2. Tekhnik Pengumulan Data
Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat dalam penelitian ini, maka tekhnik sumber data yang dilakukan peneliti adalah :
1.      Studi Pustaka
Studi ini peneliti hanya sebagai sumber sekunder saja dalam melakukan penelitian persepsi Shalat berjamaah bagi mahasiswa laki-laki. Langkah ini sebagai penguat dan sebagai menganalisa terhadap penelitian.
2.      Penelitian Lapangan
Peneliti dalam pengambilan data melalui peneliti langsung ke jamaah Masjid Alumni Nurul Irfan, Universitas Negeri Jakarta. Adapun tekhnis pengumpulan data ini dengan menggunakan cara :
·         Pengamatan
Dalam pengamatan ini peneliti menghimpun data melalui pengamatan dan penginderaan. Cara yang dilakukan ini dapat mengetahui secara langsung bahwa belum bisa membangkitkan remaja untuk shalat berjamaah di masjid.
·         Wawancara
Dalam pengambilan data wawancara ini, menggunakan data wawancara kualitatif karena mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lebih bebas dan leluasa tanpa oleh susunan pertanyaan yang dibuat peneliti. Ternyata langkah ini sangat efisien dalam menggali jawaban narasumber yang diteliti. Waswancara ini akan ditanyakan kepada pengurus masjid tersebut.

















[1] Ridwan Asy-Syirbaany, Membentuk Pribadi Lebih Islami (suatu Kajian Akhlaq), (Jakarta, Intimedia) hal 40
[2] Ibid
[3] Ibid
[4] Noor Rachmat, Islam dan Pembentukan Akhlak Mulia, (Depok, Ulimnuha Press, 2009) Hal 145
[5] Habib Hasan Al-Mahdaly, Tuntunan Shalat Sesuai Cara Rasulullah, (Bekasi: Toko Radio Dakta 92,15 FM) hal 6
[7] Al-Hamid Al-Husaini, Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW,(Jakarta: Al-Hamid Al-Husaini Press,  1990)
[8] Definisi persepsi, http://id.wikipedia.org/wiki/Persepsi diakses tanggal 30 Desember 2011 jam 02:35
[9] Anggriawan Okky, Istilah Persepsi dalam Pengertian, http://www.okkypedia.com/2011/01/mengapa-pemaknaan-stimuli-oleh-alat.html diakses tanggal 30 Desember 2011 jam 02:45
[10] Nana Rukmana, Masjid dan Dakwah, merencanakan membangun dan mengelola Masjid Mengemas Substansi Dakwah Upaya Pemecahan Krisis Moral dan Spiritual,(Al-Mawardi Jakarta::2002 ) hal 41
[11] Amelia Fauzia, dkkk. Masjid dan Pembangunjan Perdamaian, (CSRC Uin Syarief Hidayatullah: Jakarta, 2011) hal 23

Tidak ada komentar:

Posting Komentar